Lanjut ya gan ini bagian keduanya, bagaimana fdsi terbentuk:
fdsinews.com – Setelah mampu membentuk diri sebagai organisasi yang solid sebagaimana pada tulisan bagian pertama, Forum Diskusi Suporter Indonesia (FDSI) mulai bergerak secara nyata. Tidak hanya terus mengkampanyekan sepakbola sehat melalui dunia maya, mereka juga tampil pada berbagai aksi mengkritisi kebobrokan sepakbola nasional.
Semisal gerakan menerbitkan buku kurikulum sepakbola khusus Sekolah Sepak Bola (SSB). Buku berjudul ‘Kurikulum dan Pedoman Dasar Sepakbola Indonesia’ ini merupakan karya Timo Scheunemann. Setelah dirundingkan dengan eks pelatih Persema Malang tersebut, FDSI lalu mencetak ribuan eksemplar tanpa motif komersil.
“Setelah lebih dari 80 tahun berdirinya PSSI, akhirnya Indonesia mempunyai kurikulum pembinaan sepakbola usia dini yang ditulis coach Timo. Kita akan distribusikan secara gratis ke SSB di berbagai pelosok Indonesia”,ujar Natalia Wijanto, Ketua Pelaksana Pencetakan dan Pendistribusian saat itu (15/10/2012).
Buku ini menurut coach Timo, bisa dijadikan pedoman pembinaan usia dini bagi pelatih, pemain dan orang tua. “Sehingga setiap SSB mengetahui standart sebuah akademi sepakbola dan tidak membuat SSB dengan ala kadarnya”,kata coach Timo usai launching buku tersebut tahun 2012 lalu.
Buku-buku ini dibagikan ke sejumlah SSB mulai tahun 2012. Diantaranya dikirimkan ke desa Ofu, salah satu daerah di pelosok Nusa Tenggara Timur.
“Kita terinspirasi oleh kiprah Yabes Roni, salah satu pemain Timnas U-19 asal NTT. Siapa tahu, bakat-bakat dari sana akan tambah banyak. Tujuannya jelas, meratakan bakat dan partisipasi semua insan sepakbola di seluruh Indonesia”,ujar Ketua Umum FDSI, Helmi Atmaja saat bersilaturrahmi dengan kru maduracorner.com di Bangkalan, jumat (11/9/2015).
Karena buku-buku tersebut tidak dikomersilkan, maka otomatis tidak akan ada pemasukan bagi FDSI sendiri. “Kita dapat dana penerbitan buku dari kawan-kawan. Hasil penggalangan dana secara sukarela. Maka kita salurkan secara gratis pula. Karena niatnya kita murni untuk pembinaan sepakbola Indonesia sejak dini”,jelas Helmi lagi.
Tidak hanya menerbitkan buku. Kiprah nyata mereka juga berkonfrontasi langsung dengan PSSI sebagai federasi sepakbola di Indonesia. Salah satunya saat melakukan gugatan terhadap PSSI mengenai transparansi keuangan lembaga public tersebut tahun 2014.
“Kita lakukan gugatan secara procedural melalui Komisi Informasi Pusat (KIP). Alhamdulillah, gugatan kami dimenangkan. Sekarang masih dalam tahap banding PSSI di Mahkamah Agung”,terang Helmi.
“Dalam kasus ini kami hanya menginginkan kejelasan atau transparansi keuangan di PSSI. Kenapa? Karena sebagaimana keputusan KIP, kami yakini sejak awal bahwa PSSI adalah lembaga public yang seharusnya laporan keuangan mereka juga diketahui public”,tegasnya.
Gerakan FDSI lainnya yang sempat membuat heboh public nasional adalah penggalangan koin untuk membiayai Tim Nasional Indonesia. Gerakan ini dilakukan setelah Menpora RI saat itu, Andi Malarangeng dikabarkan oleh media tidak akan membiayai keikutsertaan timnas ke ajang piala AFF 2012 Malaysia sebagai akibat dualisme federasi, PSSI dan KPSI.
Kontan saja, aksi penggalangan koin ini pun menuai simpati public. Tidak hanya di kota-kota besar, gerakan koin untuk timnas juga menjalar ke kota-kota kecil di daerah. Yang membuat takjub, setiap perkembangan dana yang masuk selalu di-update oleh FDSI melalui grup facebook milik mereka yang berjumlah 14 ribu lebih member.
Uang yang terkumpul lalu diserahkan secara simbolis kepada pelatih Timnas Indonesia saat itu, Nil Maizar. Eks pelatih Semen Padang ini pun terharu atas aksi solidaritas supporter Indonesia yang digalang FDSI tersebut.
“Jika boleh menangis, maka saya akan menangis menyaksikan hal ini. Dukungan yang terkandung dalam setiap rupiahnya, jauh lebih berharga dari besaran jumlah yang telah terkumpul”,ujar coach Nil Maizar seperti yang dikutip detik.com, selasa (20/11/2012).
Aksi berlabel bakti sosial (baksos) juga dilakukan FDSI. Salah satunya adalah pemberian santunan bagi beberapa supporter yang meninggal karena menjadi korban tawuran supporter.
“Gerakan dan aksi tersebut akan terus kami lakukan. Saat banyak petinggi sepakbola negeri yang tidak peduli, maka biarlah tataran akar rumput seperti kami ini yang memulai dan peduli”,tandas Helmi Atmaja.
Penggemar Manchester United ini sebenarnya enggan bercerita mengenai baksos FDSI yang satu ini. “Kita memang tidak pernah secara terang-terangan dalam memberikan santunan ini. Apalagi diberitakan media mainstream. Khawatir menjadi riya’, mas”,tuturnya.
Setelah didesak oleh maduracorner.com, Helmi pun mulai mengingat beberapa momen baksos berupa pemberian santunan ini. “Mulai dari santunan untuk alm mas Joko (Pasoepati) hingga memberi sumbangan dukacita saat meninggalnya alm kang Ayi Beutik (Viking). Hasil urunan spontanitas kawan-kawan. Dan semua tercatat secara rapi di pengeluaran kas FDSI yang secara rutin kami laporkan lewat grup facebook milik kami”,ungkapnya.
“Mungkin jumlahnya tidak seberapa. Karena memang dana-dana tersebut hasil urunan spontanitas kawan-kawan. Namun yang penting, itu adalah bentuk kepedulian supporter demi sepakbola Indonesia yang lebih baik”,imbuhnya.
Gerakan nyata FDSI tidak selamanya mulus. Namun rupanya ada segolongan orang yang merasa terusik dengan aksi-aksi FDSI. Mereka pun melakukan resistensi. Termasuk diantaranya menyebarkan fitnah mengenai komunitas supporter revolusioner ini. (mad/ Bersambung ke Bagian 3)
Penulis: Mamad el Shaarawy – Bangkalan, http://www.maduracorner.com SUMBER: http://www.fdsinews.com/