Berikut adalah bagaimana fdsi mungkin kalian sebagian pecinta sepakbola pernah mendengarnya, sebenernya ini repost dari fdsinews tapi menurut saya artikel ini menarik untuk share kesemua orang, berikut ulasannya.
fdsinews.com – Nama Forum Diskusi Suporter Indonesia (FDSI) menjadi fenomena di belantika supporter nasional dalam beberapa tahun terakhir. Komunitas supporter lintas daerah tersebut seperti setitik api pengobar kekritisan supporter terutama dalam menyoroti kinerja federasi (PSSI).
Saat kru maduracorner.com berkesempatan silaturrahmi langsung dengan Ketua Umum FDSI Helmi Atmaja, jumat (11/9/2015) lalu, cerita mengenai FDSI pun mengalir dari pria asal Semarang tersebut.
Ia menceritakan, FDSI dibentuk atas dasar keprihatinan pada kondisi sepakbola nasional. Salah satunya berbagai persoalan yang membelit PSSI sebagai sebuah federasi. “Kalau tidak salah, gerakan ini kita mulai tahun 2009-an, mas. Saat itu yang paling kita kritisi adalah kepemimpinan di PSSI”,ujar Helmi kepada maduracorner.com di salah satu rumah makan di Bangkalan.
Penggemar PSIS Semarang ini mengatakan, Nurdin Halid saat itu sebagai Ketua Umum PSSI terjerat kasus hukum sehingga harus masuk bui. Hal inilah yang menjadi poin pertama kekritisan sejumlah supporter yang menghimpun diri dalam wadah FDSI.
“Rasanya ironis sekali, sebuah federasi dipimpin oleh figure yang terjerat hukum. Dipimpin dari balik jeruji besi. Selain kasus Nurdin Halid, poin lain yang kita kritik adalah bobroknya pengelolaan kompetisi musim 2009/2010”,terangnya. “Saat itu ada beberapa klub sepakbola yang menjadi korban kebobrokan tersebut. Salah satunya ya Persebaya Surabaya yang menurut kami jelas dikerjai sehingga akhirnya mereka terdegradasi paksa”,tambahnya.
Kondisi buruk ini kemudian memantik keprihatinan banyak pihak di kalangan supporter. “Cita-cita kami sederhana, yakni sepakbola Indonesia yang teratur dan sehat tanpa diskriminasi”,tandasnya.
Dari segelintir orang, FDSI kemudian berkembang dan menjelma menjadi gerakan massif hampir di seluruh daerah di Indonesia. Tanpa ada yang mengkomandoi langsung, mereka membentuk basis atau sezione serta merasa menjadi bagian dari FDSI. “Meski awalnya kami menyebarluaskan ide-ide sepakbola nasional yang sehat itu hanya lewat dunia maya atau sosial media saja”,kata Helmi.
“Lalu tanpa ada yang menyuruh, kawan-kawan membentuk sendiri di daerah-daerah mereka masing-masing. Yang akhirnya, kami menjadi kumpulan supporter lintas daerah tanpa sekat. Karena kami dipersatukan cita-cita, visi dan misi yang sama untuk sepakbola Indonesia yang lebih baik”,jelasnya sambil tersenyum bangga.
Uniknya lagi, mereka yang tergabung dalam FDSI berasal dari beragam kalangan dan profesi. Mulai dari mahasiswa, wartawan, pekerja kantoran hingga supporter jalanan. “Kita membuka pintu lebar-lebar bagi siapa pun. Selama cita-cita kita sama, maka siapa pun silahkan menyatukan langkah dengan kami”,tegas Helmi.
Pria yang bekerja di sebuah perusahaan swasta ini juga menjelaskan, FDSI tidak mengenal struktur kaku sebagaimana lazimnya sebuah organisasi. Termasuk diantaranya penyebutan dirinya sebagai Ketua Umum.
“Lah, saya juga tidak pernah minta disebut ketua umum, mas. Kawan-kawan saja yang usil menyebut saya demikian. Tidak dipanggil ketua umum yo gak masalah. Wong aku yo ra bayaran, mas”,cetusnya sambil tertawa.
“Karena bagi saya dan kawan-kawan yang lain, cita-cita untuk sepakbola Indonesia lebih penting dari sekedar structural semata. Bahkan kawan kawan sering bilang, FDSI itu no leader just together”,imbuhnya.
Meski tidak memiliki struktur organisasi, FDSI mampu membuktikan dirinya sebagai organisasi yang solid. Dari sekedar gerakan di dunia maya, mereka terus bergerak massif di dunia nyata. Aksi komunitas supporter revolusioner ini pun mengundang simpati dan resistensi dari berbagai pihak. (mad/ Bersambung ke Bagian 2)
Penulis: Mamad el Shaarawy – Bangkalan, http://www.maduracorner.com
Sumber: http://www.fdsinews.com/
0 komentar:
Post a Comment